Pada
siang hari yang panas dan malam hari yang terasa dingin, tubuh Anda perlu
dijaga pada suhu yang hampir kostan. Tubuh tidak dapat menerima perubahan suhu
yang ekstrim, sebab itu terkadang tubuh membutuhkan pertolongan. Dalam upaya
menjaga suhu tubuh agar konstan, pada siang hari yang terik Anda menggunakan
pakaian yang tipis atau minum minuman yang dingin (es). Atau pada malam hari
yang dingin, Anda menggunakan jaket yang tebal/selimut atau minum minuman yang
hangat. Kenapa kita melakukan tindakan semacam itu? Dan apa sebenarnya suhu itu? Pada materi berikut akan
dijelaskan mengenai konsep suhu.
Suhu merupakan derajat panas atau dingin suatu benda. Suhu dapat
dirasakan oleh indera peraba, suatu benda yang memiliki suhu tinggi disebut
sebagai benda panas sedangkan benda dengan suhu rendah sering disebut sebagai
benda dingin. Tubuh kita dapat digunakan untuk mengetahui besar kecil suhu yang
ada disekitar. Namun, pengukuran suhu benda berdasarkan idera peraba cenderung
subjektif, karena kepekaan antara satu orang dengan lainnya berbeda.
Temperatur dapat
didefinisikan sebagai sifat fisik suatu benda untuk menentukan apakah
keduanya berada dalam kesetimbangan termal. Dua buah benda akan berada
dalam kesetimbangan termal jika keduanya memiliki temperatur yang sama. Ada
beberapa sifat benda yang berubah apabila benda itu dipanaskan, antara lain
adalah warnanya, volumnya, tekanannya dan daya hantar listriknya. Sifat-sifat
benda yang berubah karena dipanaskan disebut sifat termometrik.
Untuk menggunakan suhu sebagai alat ukur panas atau
dingin, kita perlu membuat suatu skala
suhu (Young & Freedman, 2001: 457). Apabila dua benda berada dalam
kesetimbangan termal dengan benda ketiga maka keduanya berada dalam
kesetimbangan termal. Pernyataan seperti ini dikenal sebagai hukum ke nol
termodinamika, yang sering mendasari pengukuran temperatur. Berdasarkan prinsip
ini, jika Anda ingin mengetahui apakah dua benda memiliki temperatur yang sama
maka kedua benda tersebut tidak perlu disentuh dan diamati perubahan sifatnya
terhadap waktu, yang perlu dilakukan adalah mengamati apakah kedua benda
tersebut, masing-masing berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga.
Benda ketiga tersebut adalah termometer.
Benda apapun yang memiliki sedikitnya
satu sifat yang berubah terhadap perubahan temperatur dapat digunakan sebagai
termometer. Sifat semacam ini
disebut sebagai sifat termometrik (thermometric property). Senyawa
yang memiliki sifat termometrik disebut senyawa termometrik. Temperatur zat yang diukur sama besarnya
dengan skala yang ditunjukkan oleh termometer saat terjadi kesetimbangan termal
antara zat dengan termometer. Jadi, temperatur yang ditunjukkan oleh termometer
sama dengan temperatur zat yang diukur.
Termometer digunakan sebagai alat ukur untuk suhu. Zat cair yang umum digunakan dalam
termometer adalah air raksa atau alkohol. Dalam keseharian, termometer yang
sering kita temua merupakan termometer dengan air raksa. Pemilihan termometer
dengan air raksa didasarkan karena meiliki beberapa keunggulan, yitu:
a. dapat menyerap panas suatu benda yang akan diukur sehingga temperatur air
raksa sama dengan temperatur benda yang diukur,
b. dapat digunakan untuk mengukur temperatur yang rendah hingga temperatur
yang lebih tinggi karena air raksa memiliki titik beku pada temperatur –39°C
dan titik didihnya pada temperatur 357°C,
c. tidak membasahi dinding tabung sehingga
pengukurannya menjadi lebih teliti,
d. pemuaian
air raksa teratur atau linear terhadap kenaikan temperatur, kecuali pada
temperatur yang sangat tinggi, dan
e. mudah dilihat karena air raksa dapat
memantulkan cahaya.
Untuk
termometer dengan menggunakan
alkohol tidak cocok untuk mengukur suhu tinggi, karena titik didihnya 78°C, tetapi alkohol dapat mengukur temperatur
yang lebih rendah karena titik bekunya pada temperatur –144°C. Jadi, termometer
yang berisi alkohol baik untuk mengukur temperatur yang rendah, tetapi tidak
dapat mengukur temperatur
yang lebih tinggi.
Jenis
termometer lain yang umum adalah lembaran bimetal. Lembaran bimetal terbuat
dari dua buah lembaran logam dengan bahan berbeda yang saling direkatkan. Saat
system dipanaskan, salah satu logam akan berekspansi lebih jauh dibandingkan
logam yang lain, sehingga gabungan logam akan melengkung jika suhu berubah
(Young & Freedman, 2001: 459).
Terdapat empat skala dalam termometer yaitu skala
Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Keempat skala tersebut memiliki titik
beku dan titik didih yang berbeda. Titik beku adalah suhu di mana fase padat
dan cair ada bersama dalam kesetimbangan, yaitu tanpa adanya zat cair total
yang berubah menjadi padat atau sebaliknya. Sedangkan titik didih adalah suhu
di mana zat cair dan gas ada bersama dalam kesetimbangan. Empat
skala temometer disajikan pada Gambar berikut.
Berikut penjelasan masing-masing
termometer:
1. Termometer skala Celsius
Memiliki titik didih air
100°C dan titik bekunya 0°C. Rentang temperaturnya berada pada temperatur 0°C –
100°C dan dibagi dalam 100 skala.
2. Temometer skala Reamur
Memiliki titik didih air 80°R dan titik bekunya
0°R. Rentang temperaturnya berada pada temperatur 0°R – 80°R dan dibagi dalam
80 skala.
3. Termometer skala Fahrenheit
Memiliki titik didih air 212°F dan titik
bekunya 32°F. Rentang temperaturnya berada pada temperatur 32°F – 212°F dan
dibagi dalam 180 skala.
Dari
penetapan titik acuan dan
pembagian skala dapat disimpulkan bahwa 100 skala Celcius = 80 skala Reamur =
180 skala Fahrenheit. Perbandingan ketiga skala tersebut = 5 : 4 : 9. Maka
hubungan skala satu dengan lainnya adalah sebagai berikut.
TC = (5/4)TR = (5/9)(TF – 32)
TR = (5/4) TC = (4/9) (TF – 32)
TF = (9/5) TC
+ 32 = (9/4)(TR + 32)
4. Termometer skala Kelvin
Besarnya
skala Kelvin sama dengan
skala Celcius. 0 K (nol Kelvin) disebut titik nol
absolut atau mutlak. Titik nol mutlak tidak didasarkan pada kondisi energi
kinetik partikel-partikel sama dengan nol tetapi molekul-molekul benda pada
saat itu memiliki energi kinetik yang minimum yang dianggap sebagai titik
energi nol. Karena skala kelvin
sama dengan skala Celcius, maka:
TK = TC + 273
Pada khasanah SI, “derajat” tidak digunakan pada skala
Kelvin, suhu langsung dibaca “sekian kelvin”, bukan “sekian derajat Kelvin”
(Young & Freedman, 2001: 461).
0 komentar:
Post a Comment