Pembiasan
cahaya terjadi akibat pembelokan cahaya ketika melewati dua medium yang berbeda
kerapatannya. Pada kasus pensil yang terlihat patah, cahaya dibelokkan ketika
masuk dari udara ke air. Air memiliki kerapatan yang lebih besar daripada
udara. Perbedaan kerapatan inilah yang menyebabkan terjadinya pembiasan cahaya.
Contoh pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya (Agus Krisno,
2008: 293):
a)
Batu yang berada di
dasar bak mandi tampak lebih dangkal.
b)
Bintang-bintang di
langit tampak berkedap-kedip.
c)
Uang logam yang ada di
di dalam air tampak lebih besar.
Hukum Pembiasan
Terjadinya
pembiasan dibuktikan oleh seorang ahli matematika dan perbintangan Belada pada
tahun 1621 bernama Willebrord Snell. Kesimpulan percobaannya dirumuskan dan dikenal
dengan Hukum Snellius. Hukum Snellius menyatakan sebagai berikut (Sears dan
Zemansky, 2001: 499):
a)
Sinar datang, sinar
bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
Perbandingan antara proyeksi sinar datang dan
proyeksi sinar bias pada bidang batas merupakan bilangan tetap yang disebut
indeks bias.
Hukum Snellius tentang pembiasan
Indeks Bias Suatu Medium
Kerapatan
suatu medium dinyatakan dengan indeks bias medium tersebut. Indeks bias (n) berkaitan dengan cepat rambat dan
panjang gelombang cahaya ketika melewati medium. Hubungan cepat rambat cahaya
dan indeks bias dikemukakan oleh Christian Huygens (1629-1695) dengan persamaan
(Murtono, 2008: 2):
n = c/v
Keterangan:
n =
indeks bias mutlak
c = laju cahaya di udara (m/s)
v = laju cahaya dalam medium (m/s)
Persamaan
ini menyatakan bahwa indeks bias suatu medium adalah perbandingan cepat rambat
cahaya di udara dengan cepat rambat cahaya pada medium yang bersangkutan.
Cahaya merupakan gelombang sehingga mempunyai frekuensi dan panjang gelombang.
Jika persamaan v = λf pada gelombang
disubstitusikan pada persamaan, maka menjadi (Tim Abdi Guru, 2006: 225):
n = (λ1f1)/ (λ2f2)
karena
frekuensi cahaya tetap, maka f1 =
f2 dan persamaan menjadi:
n = λ1/λ2
Keterangan:
n = indeks bias medium
λ1
= panjang gelombang cahaya di udara (m)
λ2
= panjang gelombang cahaya dalam medium (m)
Pemantulan
Sempurna
Perhatikan
berikut!
Ketika
sudut datang terus di perbesar, suatu saat akan sampai pada kondisi dimana
sudut pantul sama dengan 90o atau berada pada bidang pertemuan
kedua medium. Pada kondisi ini besar sudut i disebut juga sudut kritis. Kemudian
jika kamu perbesar kembali sudut datang dari cahaya melebihi sudut kritis, pada
saat inilah pemantulan sempurna mulai terjadi (Tim Abdi Guru, 2006: 227).
Dari
penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemantulan sempurna
terjadi apabila:
a. Sinar datang dari
medium yang lebih rapat ke medium yang renggang.
Sudut datang melebihi sudut kritis. b. Sudut kritis
adalah sudut datang yang sudut biasnya 90o, atau sinar yang
dibiaskan pada bidang batas.
Pembiasan Cahaya pada Lensa Cekung
a. Bagian-bagian
Lensa Cekung
Keterangan gambar:
SU = sumbu utama
O = titik pusat optik lensa
F1 dan F2 = titik api
(fokus) lensa
O - F1 dan O - F2 = jarak titik api lensa
R1 dan R2 = jari-jari kelengkungan lensa
P1 dan P2 = titik pusat kelengkungan lensa
(I), (II), (III) = nomor ruang untuk meletakan bayangan
(I), (II), (III), (IV)= nomor ruang untuk meletakkan
benda
Sinar Istimewa Lensa Cekung
Sinar-sinar
istimewa pada lensa cekung adalah sebagai berikut (Agus Krisno, 2008: 295):
1. Sinar yang datang
sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah dari titik fokus F1.
2. Sinar
yang datang seolah-olah menuju ke titik fokus F2 dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar yang datang
melalui titik pusat optik akan diteruskan.
Lukisan
Bayangan Lensa Cekung
Melukis bayangan pada lensa cekung dilakukan
dengan menggunakan sinar-sinar istimewa pada lensa cekung. Posisi benda
sama-sama berada di ruang IV di depan lensa sehingga bayangan yang terjadi
selalu maya, diperkecil, sama tegak dan berada di ruang I seperti gambar berikut:
Rumus
Lensa Cekung
Lensa
cekung menyebarkan sinar sehingga disebut lensa negatif. Nilai jarak fokus (f) dan jari-jari kelengkungan lensa (R) selalu negatif. Adapun persamaan
rumus lensa cekung sama dengan persamaan pada cermin cekung dan cermin cembung
(Tim Abdi Guru, 2006: 231).
Pembiasan Cahaya pada Lensa Cembung
Lensa
cembung atau lensa konveks merupakan lensa yang bersifat mengumpulkan cahaya
sehingga disebut sebagai lensa konvergen. Berkas cahaya sejajar yang dikenakan
pada salah satu sisi lensa cembung akan dibiaskan mengumpul di satu titik yaitu
di titik fokus lensa. Bentuk lensa cembung ada tiga macam, yaitu cembung
rangkap (bikonveks), cembung datar (plan konveks), dan cembung-cekung (konkaf
konveks) (Sumarwan, 2010: 284).
Bagian-Bagian Lensa Cembung
Keterangan gambar:
SU =
sumbu utama
O =
titik pusat optik lensa
F1 dan F2 = titik api (fokus) lensa
O–F1 dan O–F2 =
jarak titik api lensa
P1 dan P2 = titik pusat
kelengkungan lensa
R1 dan R2 = jari-jari kelengkungan lensa
I,
II, III = nomor
ruang untuk meletakkan benda
I, II, III, IV = nomor ruang untuk bayangan benda
I, II, III, IV = nomor ruang untuk bayangan benda
Sinar Istimewa Lensa Cembung
Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung juga ada
tiga macam. Sinar-sinar ini digunakan untuk membentuk bayangan ketika sebuah
benda diletakkan di depan lensa cembung. Sinar-sinar istimewa pada lensa
cembung tersebut adalah:
1. Sinar
yang datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus F2.
2. Sinar
yang datang melalui titik fokus F1
dibiaskan sejajar sumbu utama.
4. Sinar
yang datang melalui titik pusat optik akan diteruskan.
Lukisan Bayangan Lensa Cembung
Sama
halnya seperti ketika kamu melukis bayangan pada cermin dan lensa cekung, maka
ketika melukis bayangan pada lensa cembung pun cukup menggunakan dua sinar
istimewa. Bayangan yang terjadi merupakan hasil perpotongan sinar-sinar bias
atau perpanjangan sinar-sinar bias (Saiful Karim, 2008: 299).
Rumus Lensa Cembung
Lensa
cembung disebut lensa positif karena nilai jarak fokus dan jari-jari
kelengkungannya selalu positif. Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), dan jarak fokus (f)
pada lensa cembung sama dengan persamaan pada cermin cekung, cermin cembung,
dan lensa cekung.
Kekuatan
lensa menyatakan kebalikan dari nilai jarak fokus lensa. Satuan jarak fokus
lensa untuk perhitungan kekuatan lensa harus dinyatakan dalam meter. Kekuatan
lensa dirumuskan
P = 1/f
Keterangan:
P = kekuatan lensa atau daya lensa
(dioptri)
f = jarak fokus lensa (m)
0 komentar:
Post a Comment