Istilah fasa (phase) digunakan untuk mendiskripsikan
keadaan tertentu dari bahan seperti padat, cair, dan gas (Young & Freedman,
2001: 470). Semisal campuran H2O dapat eksis dalam fasa padatan
sebagai es, dalam fasa air sebagai air, dan dalam fasa gas dalam bentuk uap. Transisi dari satu fasa ke fasa yang lain dinamakan
perubahan fasa. Untuk tekanan tertentu, perubahan fasa terjadi pada suhu
tertentu, umumnya disertai adsorpsi atau emisi panas dan perubahan volume dan
densitas.
Contoh
umum
perubahan fasa adalah peleburan (pencairan) es. Ketika panas ditambahkan pada
es yang bersuhu 0oC dan tekanan atmosfer normal, suhu es tidak
bertambah. Namun, sebagian mengalami perubahan bentuk menjadi air. Jika
ditambahkan panas perlahan, untuk menjaga system mendekati kesetimbangan
termal, suhu tetap berada pada 0oC hingga seluruh es berubah menjadi
air.
Sebagaimana di atas telah diuraikan mengenai kalor laten, semua zat
membutuhkannya untuk melakukan perubahan fasa. Semisal untuk mengubah 1 kg es
pada suhu 0oC menjadi 1 kg air pada suhu 0oC dan tekanan
normal dibutuhkan panas peleburan laten (kalor laten) sebesar 3,34x105
J. Untuk lebih jelas dalam memahami
perubahan fasa, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar Grafik Hubungan Suhu dan Kalor
Berdasarkan Gambar dapat
ditunjukkan perubahan fasa.
a. Fasa I
Fasa
I adalah perubahan suhu es dari -10C menjadi 0C akibat pengaruh kalor yang diberikan. Kalor yang
digunakan untuk menaikkan suhu es (Q1) dituliskan
dalam persamaan
Q1 = mes ces
ΔT1
dengan
mes adalah massa es dan ces adalah
kalor jenis es.
b. Fasa II
Fasa II adalah
perubahan wujud es pada suhu 0C
menjadi air pada suhu 0C.
Dalam fasa ini kalor tidak digunakan untuk menaikkan suhu tetapi digunakan
untuk mengubah wujud zat dari es menjadi air. Besarnya kalor (Q2) tersebut
dituliskan dalam persamaan
Q2 =
mes L
dengan
mes adalah massa
es dan L adalah kalor lebur es.
c. Fasa III
Fasa III adalah
perubahan suhu air dari 0C
menjadi 100C
akibat pengaruh kalor yang diberikan. Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu
air (Q3)
dituliskan dalam persamaan
Q3 = mair cair
ΔT3
dengan mair
adalah massa air dan cair
adalah kalor jenis air.
d. Fasa IV
Fasa IV adalah
perubahan wujud air pada suhu 100C
menjadi uap pada suhu 100C.
Dalam fasa ini kalor tidak digunakan untuk menaikkan suhu tetapi digunakan
untuk mengubah wujud zat dari air menjadi uap. Besarnya kalor (Q4) tersebut
dituliskan dalam persamaan
Q4 = m U
Q4 = m U
Azas
Black
Pernahkah anda melakukan
kegiatan mencampurkan air panas dengan air biasa? Mengapa lama-kelamaan suhu
air panas tersebut perlahan-lahan turun seiring dengan banyaknya air biasa yang
dicampurkan? Mengapa hal itu bisa
terjadi?
Seorang
fisikawan bernama Joseph Black meneliti mengenai hal tersebut. Ia mengemukakan
pertama kalinya tentang Azas Black dimana ia menyatakan bahwa "Pada
pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang
dilepas zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima
zat yang suhunya lebih rendah" dimana teori ini dapat dirumuskan sebagai
berikut
Qlepas
= Qterima
m1c1ΔT1 = m2c2ΔT2
m1c1(T – T1) = m2c2(T2
– T)
Dari
persamaan tersebut didapatkan hubungan sebagai berikut:
1. Jika dua
buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang panas memberi
kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama.
2. Jumlah kalor yang diserap
benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda panas .
3. Benda
yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang diserap bila
dipanaskan.
0 komentar:
Post a Comment